15.10.15

WAKTU BELAJAR TAMBAHAN BERPOTENSI MENIMBULKAN STRES SISWA

Muji Pambudi
Universitas Proklamasi 45
Fak.Psikologi
 
Sebagai sebuah organisasi sosial yang kompleks sekolah memiliki sejumlah norma,nilai dan tuntutan yang harus dipenuhi oleh para anggotanya termasuk oleh siswa (Sergiovanni dan sterrat1993,Arends,1981).Sistem norma,nilai dan tuntutan sekolah tersebut mempunyai dampak yang besar terhadap penyesuaian akademik dan sosial siswa (Brand,dkk,2003) . Ketidakmampuan siswa menyesuaikan diri dengan berbagai tuntutan sekolah tersebut akan memicu terjadinya stress(kiselica,dkk,1994).Banyak hal yang dapat  membuat orang menjadi  stres. Tak terkecuali dalam hal akademik,  perilaku siswa  dengan mengikuti berbagai les tambahan yang menyita waktu untuk menghadapi ujian serta kompetisi yang ketat di kelas  dan juga tuntutan dari Orang tua ataupun sekolah agar bisa mendapatkan nilai yang baik sangat berpotensi menimbulkan stress. Hal ini juga sesuai dengan Cross (1987) yang menyampaikan bahwa sekolah ,disamping keluarga,merupakan sumber stress yang utama bagi anak.

Tuntutan dari sekolah maupun dari orang tua, agar siswa bisa menyelesaikan ujian dan mendapatkan hasil yang baik tentu saja  sangat berpengaruh terhadap kondisi mental siswa. Demi mencapai hasil yang diinginkan oleh semuanya, siswa , orang tua dan juga pengajar, maka proses belajar dianggap tidak hanya cukup di sekolah saja, tetapi juga dengan les les tambahan setelah jam sekolah. Hal ini tentu saja bisa mengurangi waktu istirahat,waktu bermain siswa dan sosialisasi,dimana ketiga hal ini bisa sebagai salah satu cara unutk melepaskan kondisi mental yang lelah. Selain proses belajar siswa, kompetisi yang ketat diantara siswa itu sendiri untuk mendapatkan hasil yang baik sangat berpengaruh juga terhadap tingkat stress atau kondisi mental dari siswa itu sendiri. Belum lagi harapan dari orang tua dan sekolah terhadap siswa itu sendiri yang juga berpotensi menjadikan siswa merasa terbebani secara mental.

Berdasarkan teori perilaku, perilaku (Behaviour/B) akan berpengaruh terhadap lingkungan (Environment/E) dan diri organisme atau person (Person/P) (Walgito. 2005). Maka sebagai berikut klarifikasinya.
-          Perilaku siswa dalam mengikuti banyak les tambahan yang menyita waktu (B)
-          Kompetisi yang ketat diantara siswa untuk bisa mendapatkan nilai baik (E)
-          Orangtua dan sekolah  menuntut agar siswa bisa mendapatkan nilai yang baik ( P)
Prediksi menurut penulis, sesuai dengan pendapat dari Kiselica dkk bahwa ketidakmampuan siswa menyesuaikan diri dengan berbagai tuntutan sekolah tersebut akan memicu terjadinya stress(kiselica,dkk,1994). Jadi apabila tuntutan tentang nilai atau prestasi siswa agar nilai siswa menjadi baik dengan mengikuti berbagai les tambahan tidak bisa di manage/atur dengan baik hal ini bisa berakibat dengan menurunnya hasil ujian siswa itu sendiri tetapi hal sebaliknya bisa terjadi, dengan adanya les tambahan dan juga adanya kompetisi yang ketat justru memacu siswa untuk semakin tertantang untuk memberikan hasil yang baik. Adanya penghargaan dari sekolah tentang siswa berprestasi bahkan bisa memacu siswa untuk semakin maju, kemudian waktu bersosialisasi di lingkungan sekitar dan juga waktu bermain yang cukup bisa mengurangi atau menghilangi stres bagi seorang siswa.
Pengendalian menurut Felner dan Felner (1989), bahwa keadaan lingkungan sosial sekolah mempunyai dampak yang sangat besar dan mendalam terhadap aspek penyesuaian akademis dan sosial siswa, maka untuk menghindari siswa merasa terbebani ataupun stress adanya les tambahan dan tuntutan dari orang tua maupun sekolah agar mendapatkan nilai yang baik, siswa itu sendiri harus bisa meluangkan sebagian waktunya untuk bermain dengan teman sebaya dan juga mengatur waktu les agar tidak mengganggu jam istirahat sehingga bisa istirahat dengan baik. Sekolah dan rang tua juga sebaiknya memberi kesempatan siswa untuk bersosialisasi di lingkungannya tanpa terbebani dengan berbagai macam tuntutan sekolah. Selain itu sekolah juga bisa mengadakan penghargaan terhadap siswa yang berprestasi dan menciptakan iklim belajar yang sehat dan menyenangkan sehingga siswa terhindar dari stres. Apabila siswa sudah termotivasi maka ada kemungkinan bahwa siswa tersebut sudah  siap untuk mengikuti les tambahan.



Daftar Pustaka
Walgito,B. (2005). Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta. Andi.
Desmita. (2005). Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung. PT Remaja          
Rosdakarya

 

 

 

 

0 komentar:

Posting Komentar