11.10.15

Sulit Beradaptasi Salah Satu Stressor dalam Bekerja



Juni Wulan Ningsih
Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45
Yogyakarta


Adanya perubahan situasi kerja entah itu lingkungan kerja yang baru ataupun perubahan kebijaksanaan pimpinan ternyata dapat menjadi pemicu stress pada diri karyawan. Hal ini dialami oleh T (21 tahun) yang bekerja disebuah perusahaan di batam.  T memang telah lama bekerja dibatam akan tetapi baru empat bulan ia pindah ke perusahaannya yang sekarang. Permasalahan yang membuat ia stress yaitu selama kurun waktu tersebut, baru satu atau dua teman saja yang bisa akrab dengannya. Keadaan ini membuat dia kesepian, tidak nyaman dalam menikmati waktu luang dan secara konstan sangat merasa tertekan dengan waktu . Indikasi tersebut merupakan gejala stress dilihat dari kualitas psikologis pada kepribadian tipe A (Scaufis, 1993 dalam Gayatri, 2014). Selain itu juga merupakan organizational stressor yang berupa konflik – konfik interpersonal seperi minimnya relasi dengan rekan kerja (Kahn, et. Al, 1964 dalam Scaufis, 1993 dalam Gayatri, 2014).

Penulis menyarankan kepada T agar mengamati kepribadian dan kesukaan teman – teman kerjanya. Hal yang disukai rekan kerjanya tersebut digunakan untuk menaklukan dan mendekatinya. Sebagai contoh temannya suka dengan film korea, maka hal yang harus dilakukan T adalah mencari tahu semua hal yang berbau film korea. Kemudian  bisa mengajaknya  menonton film korea, berbagi dan merekomendasikan film – film korea yang bagus, serta menggosipkan artis – artis korea.  Bermula dari hal sepele akan tetapi bisa membuka jalan bagi kedekatannya dengan rekan kerjanya. Mula – mula memang hanya menonton atau mengobrol  tentang film korea saja akan tetapi lama – kelamaan akan tercipta keakraban antara T dengan teman - temannya. Juga bisa jadi T akan selalu dicari rekan kerjanya disaat dia ada masalah, karena temannya merasa nyaman dan mempunyai cara berfikir yang sama dengan T. Masalah interpersonal yang  berupa minimnya relasi kerjapun bisa teratasi.
Penting juga bagi T  untuk mengetahui kepribadian teman – temannya, karena dengan begitu T akan lebih mudah dalam bersikap dan memperlakukan teman – temannya. T harus lebih perhatian dikala menghadapi temannya yang suka diperhatiakan, juga harus lebih bersabar ketika berhadapan dengan rekan kerja yang tempramen. Akan tetapi jika salah satu teman kerja T adalah tipikal orang yang perasa, maka ia harus berhati – hati dalam berbicara. Ini disebabkan karena apa yang dianggap T bercanda, bisa ditanggapi berbeda oleh teman yang perasa tadi.

Perubahan situasi kerja memang bisa memicu stress, akan tetapi dengan mengamati kepribadian dan kesukaan dari masing – masing rekan kerja  diharapkan mampu mengatasi penyebab stress yang berupa minimnya relasi dengan rekan kerja. Solusi diatas juga diharapkan mampu merperbaiki interaksi sosial individu dimasyarakat khususnya bagi T. Imbas dari interaksi sosial yang baik yakni menjadikan kesehatan mental individu tetap terjaga. Hal ini sesuai dengan pendapat Barber (1964 dalam Notosoedirjo & Latipun, 2001) makin baik interaksi sosial seseorang makin baik kesehatan mentalnya, dan sebaliknya makin terpencil interaksi sosialnya makin beresiko mengalami gangguan psikiatris.

Referensi:
Gayatri.(2014).Modul Materi Mengajar Psikologi Umum. Yogyakarta : Universitas Proklamasi 45
Notosoedirjo & Latipun.(2001).Kesehatan Mental, Konsep & Penerapan.Malang : UMM PRESS

0 komentar:

Posting Komentar