Juni Wulan Ningsih
Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45
Yogyakarta
Adanya perubahan situasi kerja entah itu lingkungan kerja
yang baru ataupun perubahan kebijaksanaan pimpinan ternyata dapat menjadi pemicu
stress pada diri karyawan. Hal ini
dialami oleh T (21 tahun) yang bekerja disebuah perusahaan di batam. T memang telah lama bekerja dibatam akan
tetapi baru empat bulan ia pindah ke perusahaannya yang sekarang. Permasalahan
yang membuat ia stress yaitu selama
kurun waktu tersebut, baru satu atau dua teman saja yang bisa akrab dengannya.
Keadaan ini membuat dia kesepian, tidak nyaman dalam menikmati waktu luang dan
secara konstan sangat merasa tertekan dengan waktu . Indikasi tersebut
merupakan gejala stress dilihat dari
kualitas psikologis pada kepribadian tipe A (Scaufis, 1993 dalam Gayatri, 2014).
Selain itu juga merupakan organizational
stressor yang berupa konflik – konfik interpersonal seperi minimnya relasi
dengan rekan kerja (Kahn, et. Al, 1964 dalam Scaufis, 1993 dalam Gayatri,
2014).
Penulis menyarankan kepada T agar mengamati kepribadian
dan kesukaan teman – teman kerjanya. Hal yang disukai rekan kerjanya tersebut digunakan
untuk menaklukan dan mendekatinya. Sebagai contoh temannya suka dengan film
korea, maka hal yang harus dilakukan T adalah mencari tahu semua hal yang
berbau film korea. Kemudian bisa
mengajaknya menonton film korea, berbagi
dan merekomendasikan film – film korea yang bagus, serta menggosipkan artis –
artis korea. Bermula dari hal sepele
akan tetapi bisa membuka jalan bagi kedekatannya dengan rekan kerjanya. Mula –
mula memang hanya menonton atau mengobrol
tentang film korea saja akan tetapi lama – kelamaan akan tercipta
keakraban antara T dengan teman - temannya. Juga bisa jadi T akan selalu dicari
rekan kerjanya disaat dia ada masalah, karena temannya merasa nyaman dan
mempunyai cara berfikir yang sama dengan T. Masalah interpersonal yang berupa minimnya relasi kerjapun bisa
teratasi.
Penting juga bagi T untuk
mengetahui kepribadian teman – temannya, karena dengan begitu T akan lebih
mudah dalam bersikap dan memperlakukan teman – temannya. T harus lebih
perhatian dikala menghadapi temannya yang suka diperhatiakan, juga harus lebih
bersabar ketika berhadapan dengan rekan kerja yang tempramen. Akan tetapi jika
salah satu teman kerja T adalah tipikal orang yang perasa, maka ia harus
berhati – hati dalam berbicara. Ini disebabkan karena apa yang dianggap T
bercanda, bisa ditanggapi berbeda oleh teman yang perasa tadi.
Perubahan situasi kerja memang bisa memicu stress, akan tetapi dengan mengamati
kepribadian dan kesukaan dari masing – masing rekan kerja diharapkan mampu mengatasi penyebab stress yang berupa minimnya relasi
dengan rekan kerja. Solusi diatas juga diharapkan mampu merperbaiki interaksi
sosial individu dimasyarakat khususnya bagi T. Imbas dari interaksi sosial yang
baik yakni menjadikan kesehatan mental individu tetap terjaga. Hal ini sesuai
dengan pendapat Barber (1964 dalam Notosoedirjo & Latipun, 2001) makin baik
interaksi sosial seseorang makin baik kesehatan mentalnya, dan sebaliknya makin
terpencil interaksi sosialnya makin beresiko mengalami gangguan psikiatris.
Referensi:
Gayatri.(2014).Modul Materi Mengajar Psikologi Umum. Yogyakarta :
Universitas Proklamasi 45
Notosoedirjo & Latipun.(2001).Kesehatan Mental, Konsep &
Penerapan.Malang : UMM PRESS
0 komentar:
Posting Komentar