Terbitan
Koran Kedaulatan Rakyat tanggal 8 Mei 2015
Naurmi Rojab Destiya
Fakultas Psikologi
Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta
“Sekarang dikembangkan menanam
nyampuk seluas 25 hektare dan 4 tahun kedepan mencapai 100 ha. Nyamplung
menjadi alternative atau energy berkelanjutan non fosil”, kata Sri Sultan HB X
kepada wartawan usai melakukan penanaman nyamplung di Resort Pemangku Hutan (RPH) Gubukrubuh,
Getas, Playen, Kamis (7/5).
Dikatakan, pengembangan nyamplung di
Gunung kidul awalnya untuk mengisi Baron Techno Park. Lokasi tersebut menjadi
pusat studi anak sekolah, baik angina, sel matahari maupun energy
berkelanjutan. Ternyata mesin pengelola minyak diesel tersebut sudah ada, hanya
saja macet. Oleh sebab itu, pengembangan tanaman nyamplung perlu dilakukan
secara maksimal, termasuk kemungkinan melakunan pengembangan diwilayah lain.
“Program energy berkelanjutan non
fosil juga sudah dilakukan komunikasi dengan menteri terkait,” kata Gubernur
DIY.
Kepala Balai Besar Penelitian
Bioteknologi dan Pemulihan Tanaman Hutan Yogyakrta Dr Ir Mahfud Muhtar
mengungkapkan, berdasarkan hasil penelitian, panen tanaman nyamplung di
gunungkidul hasilnya paling baik. Saat ini akan dikembangkan tanaman nyamplung
seluas 25 ha di gunungkidul. Pola jarak tanaman lima kali lima, sehingga masih
bisa dikombinasikan dengan tanaman pertanian. Usai penanaman nyamplung,
Gubernur beserta rombongan melakukan peninjauan di kawasan suaka margasatwa di
Sodong, Paliyen.
0 komentar:
Posting Komentar