23.10.15

RINGKASAN ARTIKEL: KAWASAN HUTAN PELALAWAN


Muji Pambudi dan Arundati Shinta

Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45

Yogyakarta


           Hutan sebagai paru-paru dunia telah rusak oleh kesrakahan manusia. Hal ini terlihat jelas pada hutan-hutan di Indonesia. Salah satu hutan di Indonesia yang kondisinya semakin memprihatinkan adalah Hutan Pelalawan di Riau. Hutan Pelalawan adalah hutan milik negara. Dalam Hutan Pelalawan terdapat TNTN (Taman Nasional Tesso Nilo). Luas taman nasional tersebut adalah 38.576 hektar. Pada 19 Oktober 2009, taman nasional terebut diperluas lagi sehingga menjadi 83.068 hektar. Kini, vegetasi taman nasional hanya tinggal 23.000 hektar atau sekitar 27% saja.        Mengapa terjadi kerusakan hutan yang parah itu? Kerusakan itu terjadi karena hutan lindung telah diubah fungsinya secara ilegal menjadi perkebunan kelapa sawit. Diduga, perkebunan kelapa sawit milik PT Peputra Supra Jaya di Desa Segati, Kecamatan Langgam, Pelalawan, Riau berada dalam kawasan hutan bekas pengelolaan HPH PT Siak Raya Timber dan HTI PT Nusa Wana Raya. Pengubahan fungsi hutan yang tidak terarah ini semakin parah, karena dalam hutan itu terdapat ratusan perumahan penduduk. Situasi seperti ini tentu sangat buruk bagi upaya-upaya konservasi hutan.

        Bagamana terjadinya perusakan hutan ini? Kerusakan hutan terjadi secara masif, karena setiap pekan setidaknya ada dua bus asal Sumatera Utara membawa puluhan orang yang ingin membuka perkebunan kelapa sawit di tengah hutan Pelalawan Riau. Hutan Pelalawan ini menarik untuk dialih fungsi menjadi perkebunan kelapa sawit karena: 1) lokasinya dekat dengan Pakanbaru, 2) sarana jalan sudah ada (bekas pengelolaan HPH PT Siak Raya Timber dan HTI PT Nusa Wana Raya, 3) jenis tanahnya bukan tanah gambut sehingga mudah ditanami, 4) kurangnya pengawasan dari pengak hukum. Ironinya, penegak hukum, anggota legislatif dan pejabat justru menjadi pemain utama dalam perusakan hutan ini. Hal ini menunjukkan pemerintah Riau sendiri masih abai terhadap kondisi hutan-hutan yang ada. Perusakan hutan ini terjadi bahkan sudah pulhan tahun yang lalu.
          Apa saja dampak dari perusakan hutan ini? Dampak yang nyata yaitu penghuni hutan terutama gajah menjadi terusik hidupnya. Jumlahnya semakin lama semakin berkurang. Dampak selanjutnya adalah manusia akan kehilangan paru-paru dunia, situasi sehari-hari menjadi semakin panas. Sumber air menjadi semakin sulit diperoleh. Apalagi, perambahan hutan itu ternyata dilakukan dengan cara pembakaran hutan secara tidak bertanggung jawab. Pembakaran hutan dilakukan karena hal itu cara paling mudah dan murah untuk membersihkan pepohonan dan mengusir binatang buas. Lengkap sudah penderitaan masyarakat di Riau yaitu mengalami panasnya udara, kesulitan bernafas karena ada asap,  dan sulit mendapatkan air.
         Apa sumbangan artikel tersebut untuk psikologi lingkungan? Artikel tersebut memberi inspirasi bahwa hutan adalah warisan untuk anak cucu kita. Bila kita sekarang tidak mempedulikan kondisi hutan yang ada di sekeliling kita, maka anak cucku kita kelak akan menderita. Sangat tidak gampang memunculkan perilaku peduli pada hutan, di tenagah-tengah keserakahan orang-orang dalam ‘melahap’ hutan. Sebagai mahasiswa psikologi, hal-hal kecil yang bisa dilakukan antara lain mengajak anak-anak untuk menanam pohon, memelihara pohon, dan mengenalkan akan manfaat hutan, flora, dan fauna bagi keberlanjutan kehidupan.

 
Sumber tulisan:

 Kompas (2015). Kawasan hutan Pelalawan makin berantakan. 4 Mei.

 

 

 

1 komentar:

  1. Sangat miris sekali jika melihat keadaan lingkungan sekitar kita saat ini.
    Terjadinya pencemaran tidak hanya terjadi di daratan saja, tetapi juga terjadi di lautan. Jika bukan kita yang merubah perilaku kita, siapa lagi? Dukung Greenpack sebagai kemasan makanan ramah lingkungan. Informasi lebih lanjut tentang Greenpack dapat Anda temukan di sini http://www.greenpack.co.id

    BalasHapus