Pola Asuh yang Salah
Umi
Fatimah
Fakultas
Psikologi Universitas Proklamasi 45
Yogyakarta
Gender dalah elemen dasar dari konsep
diri kita, Berupaya membuat perbedaan dalam hal peran, perilaku mentalitas dan
karekteristik emosional antara laki-laki dan perempuan yang berkembang dalam
masyarakat. Pandangan perspektif kognitif juga sangat berguna untuk memahami
bagaimana belajar tentang gender (Martin & Ruble, 2004). Pegatahuan bahwa
kita adalah pri atau wanita, pemahaman tentang gender identity (identitas
gender), telah kita dapatkan sejak dini.
Anak bisa menyadari gendernya dan dapat memberi tahu kita bahwa wanita
atau laki-laki. Tetapi semua itu tergantung cara peghasuhnya yang memperlakukan
anak sesuai dengan jenis gendernya. Misalnya Anak perempuan yang diperlakuakan
seperti laki-laki maka ia akan tumbuh seperti laki-laki pula. Walaupun
gendernya perempuan tetapi gaya hidupnya bisa seperti laki-laki (tomboy). Seperti yang dialami wati, ia sejak kecil
memiliki gender perempuan, tetapi keluarga ingin mempunyai anak laki-laki,
akhirnya wati diperlakukan seperti anak laki-laki, seperti dibelika mainan
mobil-mobilan, bajunya seperti anak laki-laki. Dari perlakukan orang tuanya
untuk dari membuat wati seperti anak laki-laki.
Ketika anak sudah merasa nyaman dengan
perannya maka ia bisa berfikir akan mengubah genderny misalnya perempuan pindah
kelaki-laki, begitu pun sebaliknya. Zaman sekarang banyak yang ingi mengubah
gendernya, ini adalah salah satu aspek dari perlakuan asuhan dari orang tua.
Walaupun ini bukan pengaruh satu-satunya tetapi pengaruh dari cara asuhan orang tua juga sangat
mempengaruhi bagi perkembangan anak.
Penulis memprediksi ketika keluarga
sudah memperlakukan sesuai dengan gendernya harapanya anak dapat menyesuaikan
diri antara fisiologis yang ia miliki dengan tuntutan perilaku, tetapi tidak
membatasi diri pada steroetep gender.
Sebaiknya sebagi orang tua harus bisa
memeperlakukan anaknya sesuai dengan gendernya, karena itu sangat bisa mempengaruhi
perkembangan anak kelak Apabila anak
perempuan menyukai perkelahian robot-robotan orang tua harus mengarahkan dan member
pengertian bahwa perempuan itu bermain sesuatu yang lembut misalnya main
boneka, masak-masakan dsb. Begitupun sebaliknya. Perlakukanlah anak sebagainana
mestinya dan sesuai gender masing-masing.
Daftar pustaka:
Walgito, B. (1994). Psikologi Sosial suatu penghantar. Yogyakarta: Penerbit ANDI OFFSET
0 komentar:
Posting Komentar