Nanda
Senang Diajari Bikin Kompos
Aldy
febrianto
Fakultas
Psikologi Universitas Proklamasi 45
Yogyakarta
Para siswa SDN Kalimenur Sentolo berkumpul dalam
kelompok-kelompok kecil di belakang sekolah, Rabu (27/5) siang. Mereka
bersama-sama membuat pupuk kompos dan kerajinan dari dedaunan kering dan barang
bekas.
Tugas-tugas itu mereka kerjakan sesekali di sela-sela
kegiatan belajar mengajar. Namun tugas pokok harian mereka, selain belajar,
adalah mengumpulkan dan memungut sampah disekitar sekolah.
Semua itu berkat tangan-tangan siswa bersama para guru
yang peduli lingkungan. Perjuangan mereka selama empat tahun menjadi sekolah
berwawasan lingkungan pun menunjukkan hasilnya.
Selain menjadi sekolah ramah lingkungan, kali ini mereka
terpilih mewakili kulonprogo maju penilaian sekolah adiwiyata tingkat DIY. Di
sela-sela penilaian oleh tim dari DIY dan kulonprogo, rabu siang, itu para
siswa menunjukkan kebolehannya mengolah dedaunan kering dan sampah plastik
menjadi kompos dan kerajinan.
Tak heran, sekolah yang dulu gersang tanpa tanaman itu
kini mulai tampak rindang. Sekolah itu bahkan memiliki kebun obat-obatan
tradisional semacam tanaman jahe dan sebagainya.
Kepala SDN kalimenur, karsiyem mengatakan, perintisan
sekolah adiwiyata dilakukan sejak empat tahun lalu. “Ada empat komponen Adiwiyata,
terkait kebijakan sekolah soal lingkungan, kurikulum, pendidikan lingkungan
berbasis partisipasif, dan pendidikan ramah lingkungan,” katanya.
Kepala KLH Kulonprogo, Suharjoko menyebut, di kulonprogo
terdapat tiga sekolah adiwiyata mandiri, yakni SD 4 wates, SMK 1 wates, dan SD
kembangmalang. “Ada juga sekolah adiwiyata tingkat nasional SMAN 1 temon dan
sekolah adiwiyata DIY SD temon,” tuturnya.
Daftar Pustaka : Tribun
Jogja,28 mei 2015
0 komentar:
Posting Komentar