Naurmi Rojab Destiya
Fakultas Psikologi
Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta
Emosi merupakan potensi kekuatan yang
tersembunyi pada diri setiap manusia. Merupakan bahasa komunikasi yang unik
dalam diri kita dan dalam hubungan antar manusia. Emosi pada umumnya
berlangsung dalam waktu yang relatif singkat, dan mudah dikenali oleh orang
lain karena emosi bisa keluar melalui ekspresi jasmani, sehingga orang lain
dapat mengetahui jika seseorang dalam keadaan emosi (Walgito, 2005)
Emosi bisa timbul karena ada stimulus
dari luar dan dalam diri individu. Emosi itulah yang mendorong individu untuk
memberikan respon atau bertingkah laku terhadap stimulus yang ada. Reaksi yang
timbul bisa berupa kekecewaan, kemarahan, kekesalan atas kenyataan yang diterima
individu tersebut. Emosi yang tidak terkontrol akan menyebabkan perilaku yang
dapat pula merugikan orang lain dan orang yang ada disekitarnya.
Namun demikian kadang-kadang orang
masih dapat mengontrol keadaan dirinya sehingga emosi yang dialami tidak tercetus
keluar dengan perubahan atau tanda-tanda kejasmanian. Hal ini berkaitan dengan
pendapat yang dikemukakan oleh Ekman dan Friezen (Carlson, 1987 dalam Walgito,
2005)
1.
Masking
adalah seseorang yang dapat menyembunyikan atau dapat menutupi emosi yang dialaminya.
Emosi yang dialaminya tidak sampai keluar melalui ekspresi kejamasian. Misalnya
seseorang yang kehilangan anggota keluarganya, ia bisa menutupi kesedihan
tersebut dengan tidak menagis.
2.
Modulasi
yaitu, orang yang tidak bisa meredam secara tuntas mengenai gejala kejasmanian,
tetapi hanya bisa menguranginya saja, misalnya dari contoh yang sebelumnya, ia
menangis namun tidak sampai meronta-ronta.
3.
Simulasi
yaitu, orang yang tidak mengalami emosi tetapi ia seolah olah mengalami emosi
yang menampakan gejala kejasmanian.
Sebenarnya emosi merupakan
hal yang wajar terjadi, tetapi bagaimana kita mengontrolnya. Emosi, bisa saja
diarahkan ke hal-hal yang positif. Ketika kita sedang mengalami emosi sebaiknya
kita menyalurkannya emosi melalui hobi. Seperti menulis, dan melukis. Menulis
merupakan media yang dapat mengurangi tekanan perasaan emosi. Energy dari emosi
ini kita ekspresikan dan kita manfaatkan untuk menyusun kata-kata hingga
menjadi sebuah ungkapan perasaan yang sebenarnya. Katakanlah banyak tulisan dan
karya seni tulis yang didalamnya membutuhkan emosi dan imajinasi untuk
menghasilkan sebuah karya yang bernilai. Demikian pula dengan lukisan, emosi
pelukis dapat mengekspresikan dengan goresan-goresan penanya, sehingga
terbentuklah sebuah mahakarya yang bernilai. Karena tanpa emosi kedua kegiatan
ini akan terasa hambar dan taka da makna didalamnya.
Jadi lebih baik, ketika
kita dalam keadaan emosi salurkan dengan tulisan atau lukisan. Sehingga emosi
tersebut tidak meluap-luap dan dan dapat dikendalikan. Mengingat hidup kita
lebih berarti dari pada harus menyalurkan emosi kehal-hal yang dapat merugikan
diri sendiri maupun orang lain.
Daftar Pustaka
Walgito, B. (2005).
PENGANTAR PSIKOLOGI UMUM. Yogyakarta: Andi.
0 komentar:
Posting Komentar