23.10.15

KONFLIK KARYAWAN BERDASAR TEORI LAPANGAN (FIELD THEORY)


Sebagai seorang karyawan perusahaan besar yang bergerak di bidang minyak dan gas bumi, tuntutan agar kinerja karyawan selalu maksimal dan bagus  tentu bisa di anggap sebagai hal yang wajar, dimana ada istilah “ you get what you pay”, di sini perusahaan tentu berhak mendapatkan hasil yang maksimal dari kinerja seorang karyawan setelah memberikan gaji atau pendapatan yang bagus juga kepada karyawan. NM sebagai seorang Supervisor di perusahaan sangat menyadari hal ini. Tetapi ada beberapa hal yang mungkin perusahaan tidak menyadarinya, bahwa sebagai manusia ada keterbatasannya baik secara fisik maupun mental, demikianlah yang dialami NM, ada kalanya di suatu titik merasa mentalnya “down” dan sangat stress dan dampak dari stress ini membuat NM sebagai supervisor sering berperilaku keras dan otoriter terhadap anak buahnya.

Keadaan yang dialami oleh NM ini di sebabkan oleh karena  beban target dari perusahaan maupun dari Atasannya yang selalu menuntut untuk menghasilkan produksi yang maksimal dengan waktu yang terbatas. hal karena beban pekerjaan, target perusahaan dan tekanan dari Atasan yang selalu menuntut agar menghasilkan produksi yang maksimal dalam periode waktu yang terbatas. Termasuk juga lingkungan kerja yang cukup terpencil dan jauh dari keluarga juga sebagai faktor yang mendukung NM berperilaku keras dan otoriter terhadap anak buahnya.
Berdasarkan penuturan diatas penulis ingin menyampaikan bahwa hal tersebut sesuai dengan pendapat atau teori yang dikembangkan oleh Kurt Lewin seorang tokoh dalam psikologi sosial (Fisher:1982 dalam Shinta:2002) berpendapat bahwa perilaku sosial individu terjadi karena adanya interaksi antara individu itu sendiri dengan lingkungannya ( Fisher, 1982: 61),  rumusnya yang terkenal adalah
B=f (P.E)

B menunjukkan Behavior yaitu perilaku individu.  Adalah fungsi, P menunjukkan Personal atau hal hal yang ada dalam individu itu sendiri dan E menunjukan environment yaitu variabel lingkunga. Jadi mengacu kepada rumus tersebut bisa di sampaikan bahwa
-          Perilaku keras dan otoriter terhadap anak buahnya (B)
-          Mental down dan sangat stress dengan beban pekerjaan  (P)
-          Lingkungan kerja yang terpencil dan jauh, Tuntutan/target perusahaan agar karyawan selalu menghasilkan hasil Maksimal dengan waktu terbatas, ( E)
Jika mengacu pada rumus dari tersebut maka perilaku individu merupakan fungsi variable dari individu dan lingkungan dimana semuanya saling pengaruh mempengaruhi dan tidak berdiri sendiri sendiri.
Bagaimana prediksi  yang  bisa terjadi dari perilaku individu yang otoriter dan keras terhadap anak buahnya ? konsekuensi yang  ditimbulkan tentu bisa menjadi negatif  yaitu di sini anak buah merasa sebagai objek atau target produksi dari atasannya kesalahan yang ada sehingga kinerja dan motivasi menjadi turun. Dan pada akhirnya produksi yang di hasilkan justru mengalami penurunan.
Pengendalian yang perlu NM lakukan adalah berusaha menerima pekerjaan sebagai “passion” dirinya, menjaga keharmonisan hubungan dengan atasan dan anak buah sehingga berapapun beratnya beban pekerjaan dan target yang diberikan akan menjadikan bekerja itu  hal yang menyenangkan
Daftar Pustaka

Walgito,B. (1994). Psikologi social:suatu pengantar. Yogyakarta: Penerbit ANDI  OFFSET
Shinta, A.(2002). Pengantar Psikologi Sosial. edisi ke-2.Yogyakarta: Universitas Proklamasi 45.

 

0 komentar:

Posting Komentar