Knowledge
is Dead, Focus on passion-based Learning
M.Melinda Rahail
Fakultas
Psikologi. Universitas Proklamasi 45
Yogyakarta
Orang
sering kali dengan cepat memberi cap pada seseorang dengan ukuran kemampuan
seperti bodoh atau cerdas atas nama kualitas
pendidikan. Padahal hal tersebut belum sepenuhnya benar, buktinya ada
banyak ilmuan hebat yang dianggap tidak berkemampuan saat berada di bangku
sekolah seperti Isaac Newton, Albert Einstein dan Thomas Alfa Edison.
Sebenarnya ada sebagian orang yang mungkin prestasinya kurang memuaskan di
bidang pendidikan (bangku sekolah) namun mereka unggul bahkan menjadi yang
terbaik di bidang lain, seperti menjadi pemain film, penyanyi atau pencipta
lagu.
Tetapi
begitulah cara pandang sebagian besar orang, mereka hanya memandang sebelah mata
atau bahkan tidak memerdulikan kemampuan lain orang tersebut dan terus saja
mengukur tingkat kemampuan berdasarkan kualitas pendidikannya saja. Padahal
menurut penelitian, sekarang ini pengukuran tingkat IQ saja belum memastikan.
Walaupun bukti pengukuran tingkat IQ menunjukan bahwa ia memiliki IQ diatas
rata-rata, namun jika kemampuannya dalam berinteraksi, dalam bernyanyi dan
bersosialisasi rendah maka ia akan belum bisa di katakan cerdas. Jadi,
setidaknya ada balace diantara
hal-hal tersebut.
Perbadingan-
perbadingan kemampuan tersebut terjadi setiap saat dan paling sering di
lingkungan pendidikan.
Cara mengatasinya:
Sekolah seharusnya sudah harus
mengedepankan eksplorasi passion (kebiasaan, penguatan,dan kemampuan) sebagai
titik awal belajar bukan pemaksaan untuk menghafal dan berkompetisi dalam
kemampuan kemudian membedakan/membandingkan kemampuan anak didik.
Orang-orang
sudah seharusnya berpikir cerdas dengan tidak secepatnya mengukur kemampuan
seseorang berdasarkan kualitas pendidikan. Karena, walaupun ia cerdas tetapi
anti social maka ia akan sulit berinteraksi, kurang peka, dan sulit menjelaskan
pendapatnya pada orang lain karena ia kaku.
Sumber: (Rene
Suhardon) .Kompas.30 Mei 2015.
Halaman 35
0 komentar:
Posting Komentar