29.10.15

Ringkasa Artikel: Dapak buruk pemakaian air tanah di wilayah Jakarta


Oleh: Nunuk Priyati
Fakultas: Psikologi
Universitas: Proklamasi 45
Yogyakarta

Dalam kehidupan sehari-hari, air sangat bermanfaat. Misalnya saja: untuk minum, mencuci, dan mandi. Persoalannya ialah pengambilan air tanah yang tak terkendali akan berdampak pada terjadinya amblesan, penurunan muka air tanah, serta berkurangnya kualitas air tanah. Pada tahun 2015 ini, di wilayah DKI Jakarta konsumsi air tanah baik legal maupun illegal terus meningkat dan kian tak terkendali. Pemakaian tanah secara legal meningkat selama tiga tahun terakhir hingga mencapai 200 titik. Pemakaian air tanah juga meningkat hingga 1,6 juta meter kubik dari tahun 2014, sedangkan pemakaian air tanah secara illegal diperkirakan bisa melebihi pemakaian air tanah yang terdaftar yaitu diperkirakan mencapai 12 juta meter kubik dalam setahun. Penurunan muka tanah rata-rata terjadi  sekitar lima sentimeter yang mana penurunan terbesar terdapat di daerah Pantai Indah Kapuk yang mencapai hingga 9, 89 sentimeter.

 Solusi-solusi yang bisa dilakukan untuk mengendalikan pemakaian air tanah ini ialah dengan beralih menggunakan air perpipaan. Meskipun belum optimal, sejumlah usaha dilakukan dari tahun ke tahun seperti penambahan sambungan. Sosialisasi terhadap tarif baru air tanah Rp. 14.500 per meter kubik juga diintensifkan.
Hubungan artikel ini dengan Psikologi lingkungan ialah air memang sudah seharusnya dimanfaatkan tapi hendaknya pengambilan air tanah tidak berlebih-lebihan. Eksploitasi air secara berlebihan akan dapat menurunkan permukaan tanah.
Sumber berita:
JAL (2015). Konsumsi Air Tanah Tidak Terkendali: Kompas, Jumat 08 Mei 2015




0 komentar:

Posting Komentar