Oleh:
Nunuk Priyati
Fakultas:
Psikologi
Universitas:
Proklamasi 45
Yogyakarta
Dalam
kehidupan sehari-hari, air sangat bermanfaat. Misalnya saja: untuk minum,
mencuci, dan mandi. Persoalannya ialah pengambilan air tanah yang tak
terkendali akan berdampak pada terjadinya amblesan, penurunan muka air tanah,
serta berkurangnya kualitas air tanah. Pada tahun 2015 ini, di wilayah DKI
Jakarta konsumsi air tanah baik legal maupun illegal terus meningkat dan kian tak
terkendali. Pemakaian tanah secara legal meningkat selama tiga tahun terakhir
hingga mencapai 200 titik. Pemakaian air tanah juga meningkat hingga 1,6 juta
meter kubik dari tahun 2014, sedangkan pemakaian air tanah secara illegal
diperkirakan bisa melebihi pemakaian air tanah yang terdaftar yaitu
diperkirakan mencapai 12 juta meter kubik dalam setahun. Penurunan muka tanah
rata-rata terjadi sekitar lima
sentimeter yang mana penurunan terbesar terdapat di daerah Pantai Indah Kapuk
yang mencapai hingga 9, 89 sentimeter.
Solusi-solusi yang bisa dilakukan untuk
mengendalikan pemakaian air tanah ini ialah dengan beralih menggunakan air
perpipaan. Meskipun belum optimal, sejumlah usaha dilakukan dari tahun ke tahun
seperti penambahan sambungan. Sosialisasi terhadap tarif baru air tanah Rp.
14.500 per meter kubik juga diintensifkan.
Hubungan
artikel ini dengan Psikologi lingkungan ialah air memang sudah seharusnya
dimanfaatkan tapi hendaknya pengambilan air tanah tidak berlebih-lebihan.
Eksploitasi air secara berlebihan akan dapat menurunkan permukaan tanah.
Sumber
berita:
JAL
(2015). Konsumsi Air Tanah Tidak Terkendali: Kompas, Jumat 08 Mei 2015
0 komentar:
Posting Komentar