Restu Wahyuningtyas
Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi
45
Yogyakarta
Sila pertama dari
Pancasila adalah Ketuhanan Yang Maha Esa. Berasarkan hierarki dalam Pancasila,
sila Ketuhanan Yang Maha Esa ini berada pada puncak hierarki. Hakikat adanya
Tuhan adalah ada karena dirinya sendiri, dimana Tuhan adalah sebagai causa prima (Kaelan, 2010). Penyebab
adanya segala sesuatu yang ada di dunia adalah Tuhan, termasuk di dalamnya
adalah manusia. Kodrat manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan, maka juga harus
mengakui kebenaran wahyu yang bersifat mutlak sebagai tingkatan kebenaran yang
tertinggi. Menyadari kodratnya sebagai makhluk ciptaan Tuhan juga akan membuat
manusia untuk beriman kepada Tuhannya.
Bangsa yang beriman
dan kemudian bertaqwa akan lebih mudah mengamalkan sila Pancasila yang lain
(Dahlan, 2012). Manusia yang beriman akan dapat melihat pada manusia yang lain
memiliki kesamaan hak dan kewajiban di hadapan Tuhan. Ketika hal ini terjadi
manusia tersebut tidak akan membeda-bedakan manusia yang lain. Perbedaan yang
ada pada setiap manusia, meski diakui keberadaannya tapi dipandang sebagai
keanekaragaman yang membuat dunia semakin kaya dan bervariasi.
Pengakuan perbedaan
oleh bangsa yang beriman akan memberikan dampak yang besar dalam kehidupan
sehari-hari. Diskriminasi berdasarkan suku, ras dan agama tidak akan terjadi dalam
kehidupan bangsa yang beriman. Hal ini terjadi karena dalam pergaulan
sehari-hari sudah tercipta persaudaraan yang karib dan akrab (Dahlan, 2012).
Sikap saling menghargai dan menghormati diantara sesama juga akan tercipta
dengan lebih mudah. Mewujudkan kerukunan manusia dalam kondisi ini akan lebih
cepat terlaksana.
Seorang manusia
yang beriman akan tercermin dalam tindakan yang adil dan menjauhi segala hal
yang mendatangkan kesengsaraan di dunia maupun akhirat (Karismakristi, 2015).
Perilaku dari manusia yang beriman akan terlihat dalam kehidupan sehari-hari. Sikap
nyata dalam kehidupan sehari-hari misalnya adalah membantu tetangga yang sedang
kesusahan dengan ikhlas tanpa melihat tetangga tersebut berasal dari suku, ras
atau agama tertentu, menghormati orang lain yang sedang melakukan ibadah sesuai
dengan agama yang dianutnya.
Selain terhadap
sesama manusia, perilaku manusia yang beriman juga akan berpengaruh terhadap
lingkungan di sekitarnya. Manusia yang beriman,
akan berperilaku menyayangi binatang, tumbuh-tumbuhan dan memelihara
lingkungan disekitarnya. Faktor kebersihan lingkungan juga menjadi hal yang
diperhatikan dan dijaga oleh mereka. Pepatah kebersihan sebagian dari iman
benar-benar dihayati dan dilakukan. Wujud perilaku dari kepedulian terhadap
lingkungan antara lain adalah tidak membuang sampah di sungai atau selokan,
memilih dan memilah sampah, mematikan lampu ketika sudah tidak digunakan,
mematikan kran air saat bak sudah penuh, mematuhi peraturan lalu lintas.
Contoh nyata
masyarakat yang memperhatikan dan menjaga lingkungan adalah masyarakat Papua.
Masyarakat Papua memiliki budaya dan adat istiadat lokal yang lebih mengedepankan
keharmonisan dengan alam. Mereka pantang untuk melakukan perusakan terhadap
alam karena dinilai bisa menjadi ancaman besar bagi budaya mereka. Mereka
menganggap bahwa alam bukan hanya sebagai sumber kehidupan melainkan juga
sebagai sahabat dan guru yang telah mengajarkan banyak hal bagi mereka. Dari
alam mereka menemukan falsafah hidup, membangun religiusitas dan pola hidup
seperti yang mereka anut hingga kini (Sawali, 2007).
Dari sikap terhadap
sesama dan lingkungan dapat diketahui pemahaman dan penghayatan seseorang
terhadap sila pertama Pancasila. Hal ini karena dalam sila Ketuhanan yang Maha
Esa terkandung nilai bahwa negara yang didirikan adalah sebagai pengejawantahan
tujuan manusia sebagai makhluk Tuhan yang Maha Esa (Kaelan, 2010). Manusia akan
selalu berusaha bersikap untuk menjaga, melindungi dan melestarikan apa yang
diciptakan Tuhan. Perilaku yang merusak ciptaan Nya tidak akan dilakukan dan
akan selalu berusaha untuk menghindarinya.
Pemahaman akan
ciptaan Tuhan yang tidak hanya untuk diri sendiri juga akan tercipta dalam diri
manusia yang beriman. Sikap yang timbul dari pemahaman ini adalah sikap-sikap
yang saling menghormati dan menghargai sesama, mencintai lingkungan. Perilaku
yang mereka lakukan sekarang itu, manfaatnya tidak hanya dirasakan oleh pelaku
melainkan dirasakan juga oleh generasi setelahnya. Misalnya, ketika kita
menghormati tetangga, selalu bersikap ramah, sopan dan santun maka tetangga
tersebut juga akan bersikap yang sama dengan kita dan keluarga kita. Hal ini
karena sudah tertanam dalam diri tetangga kita bahwa kita adalah orang yang
baik, sehingga mereka juga akan berperilaku dengan baik juga.
Demikian juga
manfaat dari perilaku kita yang mencintai lingkungan juga akan dirasakan oleh
generasi setelah kita. Misalnya, saat kita memulai dari diri dengan sikap
mencintai lingkungan dengan tidak membuang sampah di sungai dan selokan.
Lingkungan yang dijaga kebersihannya dari sampah akan dirasakan lebih nyaman
dan tidak menimbulkan bencana banjir ketika musim penghujan tiba. Sehingga
lingkungan yang aman dari bencana banjir dapat tercipta dan dirasakan. Selain
itu kondisi air sungai yang tidak tercemar sampah juga lebih sehat. Ini
disebabkan oleh tidak adanya polusi-polusi air yang disebabkan oleh sampah.
Dengan demikian pemahaman,
penghayatan dan pengaplikasian sila pertama Pancasila sangat diperlukan untuk
menjaga ciptaan Tuhan agar dapat dirasakan manfaatnya bagi seluruh manusia baik
yang hidup saat ini maupun masa datang.
REFERENSI:
Dahlan, T. 2012. Sila
pertama pancasila sebagai fondamen kehidupan berbangsa dan bernegara. Retrieved from: www.kompasiana.com/thamrindahlan/sila-pertama-pancasila-sebagai-fondamen-kehidupan-berbangsa-dan-bernegara_5510c543a33311303cba8a19.
Pada 24 Juni 2015 14.48
Kaelan., Zubaidi, A. 2010. Pendidikan kewarganegaraan. Yogyakarta: Paradigma
Karismakristi, P. 2015. Almuzzamil yusuf: pemimpin yang bertaqwa
takut korupsi. Retrieved from: m.metronews.com/read/2015/05/16/396891/
Almuzzamil-yusuf-pemimpin-yang-bertaqwa-takut-korupsi. Pada 24 Juni 2015 15.20
Sawali. 2007. Membudayakan
cinta lingkungan hidup melalui dunia pendidikan. Retrieved from: sawali.wordpress.com/2007/10/15/membudayakan-cinta-lingkungan-hidup-melalui-dunia-pendidikan
pada 24 Juni 2015 15.57
0 komentar:
Posting Komentar