20.10.15

APLIKASI SILA PERTAMA PANCASILA, KETUHANAN YANG MAHA ESA



Restu Wahyuningtyas
Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45
Yogyakarta

Sila pertama dari Pancasila adalah Ketuhanan Yang Maha Esa. Berasarkan hierarki dalam Pancasila, sila Ketuhanan Yang Maha Esa ini berada pada puncak hierarki. Hakikat adanya Tuhan adalah ada karena dirinya sendiri, dimana Tuhan adalah sebagai causa prima (Kaelan, 2010). Penyebab adanya segala sesuatu yang ada di dunia adalah Tuhan, termasuk di dalamnya adalah manusia. Kodrat manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan, maka juga harus mengakui kebenaran wahyu yang bersifat mutlak sebagai tingkatan kebenaran yang tertinggi. Menyadari kodratnya sebagai makhluk ciptaan Tuhan juga akan membuat manusia untuk beriman kepada Tuhannya.
Bangsa yang beriman dan kemudian bertaqwa akan lebih mudah mengamalkan sila Pancasila yang lain (Dahlan, 2012). Manusia yang beriman akan dapat melihat pada manusia yang lain memiliki kesamaan hak dan kewajiban di hadapan Tuhan. Ketika hal ini terjadi manusia tersebut tidak akan membeda-bedakan manusia yang lain. Perbedaan yang ada pada setiap manusia, meski diakui keberadaannya tapi dipandang sebagai keanekaragaman yang membuat dunia semakin kaya dan bervariasi.
Pengakuan perbedaan oleh bangsa yang beriman akan memberikan dampak yang besar dalam kehidupan sehari-hari. Diskriminasi berdasarkan suku, ras dan agama tidak akan terjadi dalam kehidupan bangsa yang beriman. Hal ini terjadi karena dalam pergaulan sehari-hari sudah tercipta persaudaraan yang karib dan akrab (Dahlan, 2012). Sikap saling menghargai dan menghormati diantara sesama juga akan tercipta dengan lebih mudah. Mewujudkan kerukunan manusia dalam kondisi ini akan lebih cepat terlaksana.
Seorang manusia yang beriman akan tercermin dalam tindakan yang adil dan menjauhi segala hal yang mendatangkan kesengsaraan di dunia maupun akhirat (Karismakristi, 2015). Perilaku dari manusia yang beriman akan terlihat dalam kehidupan sehari-hari. Sikap nyata dalam kehidupan sehari-hari misalnya adalah membantu tetangga yang sedang kesusahan dengan ikhlas tanpa melihat tetangga tersebut berasal dari suku, ras atau agama tertentu, menghormati orang lain yang sedang melakukan ibadah sesuai dengan agama yang dianutnya.
Selain terhadap sesama manusia, perilaku manusia yang beriman juga akan berpengaruh terhadap lingkungan di sekitarnya. Manusia yang beriman,  akan berperilaku menyayangi binatang, tumbuh-tumbuhan dan memelihara lingkungan disekitarnya. Faktor kebersihan lingkungan juga menjadi hal yang diperhatikan dan dijaga oleh mereka. Pepatah kebersihan sebagian dari iman benar-benar dihayati dan dilakukan. Wujud perilaku dari kepedulian terhadap lingkungan antara lain adalah tidak membuang sampah di sungai atau selokan, memilih dan memilah sampah, mematikan lampu ketika sudah tidak digunakan, mematikan kran air saat bak sudah penuh, mematuhi peraturan lalu lintas.
Contoh nyata masyarakat yang memperhatikan dan menjaga lingkungan adalah masyarakat Papua. Masyarakat Papua memiliki budaya dan adat istiadat lokal yang lebih mengedepankan keharmonisan dengan alam. Mereka pantang untuk melakukan perusakan terhadap alam karena dinilai bisa menjadi ancaman besar bagi budaya mereka. Mereka menganggap bahwa alam bukan hanya sebagai sumber kehidupan melainkan juga sebagai sahabat dan guru yang telah mengajarkan banyak hal bagi mereka. Dari alam mereka menemukan falsafah hidup, membangun religiusitas dan pola hidup seperti yang mereka anut hingga kini (Sawali, 2007).
Dari sikap terhadap sesama dan lingkungan dapat diketahui pemahaman dan penghayatan seseorang terhadap sila pertama Pancasila. Hal ini karena dalam sila Ketuhanan yang Maha Esa terkandung nilai bahwa negara yang didirikan adalah sebagai pengejawantahan tujuan manusia sebagai makhluk Tuhan yang Maha Esa (Kaelan, 2010). Manusia akan selalu berusaha bersikap untuk menjaga, melindungi dan melestarikan apa yang diciptakan Tuhan. Perilaku yang merusak ciptaan Nya tidak akan dilakukan dan akan selalu berusaha untuk menghindarinya.
Pemahaman akan ciptaan Tuhan yang tidak hanya untuk diri sendiri juga akan tercipta dalam diri manusia yang beriman. Sikap yang timbul dari pemahaman ini adalah sikap-sikap yang saling menghormati dan menghargai sesama, mencintai lingkungan. Perilaku yang mereka lakukan sekarang itu, manfaatnya tidak hanya dirasakan oleh pelaku melainkan dirasakan juga oleh generasi setelahnya. Misalnya, ketika kita menghormati tetangga, selalu bersikap ramah, sopan dan santun maka tetangga tersebut juga akan bersikap yang sama dengan kita dan keluarga kita. Hal ini karena sudah tertanam dalam diri tetangga kita bahwa kita adalah orang yang baik, sehingga mereka juga akan berperilaku dengan baik juga.
Demikian juga manfaat dari perilaku kita yang mencintai lingkungan juga akan dirasakan oleh generasi setelah kita. Misalnya, saat kita memulai dari diri dengan sikap mencintai lingkungan dengan tidak membuang sampah di sungai dan selokan. Lingkungan yang dijaga kebersihannya dari sampah akan dirasakan lebih nyaman dan tidak menimbulkan bencana banjir ketika musim penghujan tiba. Sehingga lingkungan yang aman dari bencana banjir dapat tercipta dan dirasakan. Selain itu kondisi air sungai yang tidak tercemar sampah juga lebih sehat. Ini disebabkan oleh tidak adanya polusi-polusi air yang disebabkan oleh sampah.
Dengan demikian pemahaman, penghayatan dan pengaplikasian sila pertama Pancasila sangat diperlukan untuk menjaga ciptaan Tuhan agar dapat dirasakan manfaatnya bagi seluruh manusia baik yang hidup saat ini maupun masa datang.

REFERENSI:
Dahlan, T. 2012. Sila pertama pancasila sebagai fondamen kehidupan berbangsa dan bernegara. Retrieved from: www.kompasiana.com/thamrindahlan/sila-pertama-pancasila-sebagai-fondamen-kehidupan-berbangsa-dan-bernegara_5510c543a33311303cba8a19. Pada 24 Juni 2015 14.48
Kaelan., Zubaidi, A. 2010. Pendidikan kewarganegaraan. Yogyakarta: Paradigma
Karismakristi, P. 2015. Almuzzamil yusuf: pemimpin yang bertaqwa takut korupsi. Retrieved from: m.metronews.com/read/2015/05/16/396891/ Almuzzamil-yusuf-pemimpin-yang-bertaqwa-takut-korupsi. Pada 24 Juni 2015 15.20
Sawali. 2007. Membudayakan cinta lingkungan hidup melalui dunia pendidikan. Retrieved from: sawali.wordpress.com/2007/10/15/membudayakan-cinta-lingkungan-hidup-melalui-dunia-pendidikan pada 24 Juni 2015 15.57



0 komentar:

Posting Komentar