R Joko
Prambudiyono/13.1032
Fakultas Psikologi
Universitas Proklamasi 45
Yogyakarta
RINGKASAN
ARTIKEL :
Menafkahi
Keluarga dengan Koran Bekas
Seorang ibu yang lahir di
Lamalera, Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur (NTT) 22 September 1947.
Seorang istri dari Rosalina Nepasari, yang memiliki 4 anak. Pendidikan sekolah
menengah ekonomi pertama di Lewoleba, NTT dan SMEA Nasional Kupang, NTT.
Lamalera merupakan sebuah kampung yang terkenal tradisinya menangkap ikan besar
secara “kuno”. Tradisi sebagai nelayan ini mereka jalankan secara
turun-menurun. Nama Clemens Korahana memilih jalan lain, sejak 19 tahun lalu ia
justru merantau ke Kupang dan menafkahi keluarganya dengan kerajinan berbahan
koran bekas.
Bagi kebanyakan orang
koran bekas hanya sekedar sampah yang harus dilenyapkan atau dibuang. Namun
ditangan Clemens Korahana benda tersebut merupakan benda berharga karena
menjadikan koran bekas sebagai kerajinan tangan yang dia tekuni sejak sekitar
5 tahun yang lalu.
Dari awal hanya coba-coba,
ternyata dalam perjalanannya justru membangkitkan kebanggaan luar biasa karena
hasilnya bisa mendatangkan uang. Kerajinan tersebut malah mendapat apresiasi
dan penghargaan dari pemerintah serta pihak lain. Proses pembuatan kerajinan ini
dalam dua bentuk yang pertama lembaran kertas dia gunting secara memanjang
selebar sekitar 5 cm. selanjutnya diplintir-plintir hingga terbentuk tali.
Setelah direndam dalam cairan perekat, hasil pilinan itu pun siap untuk dirakit
menjadi produk kerajinan sesuai bentuk yang diinginkan, seperti piring makan,
stoples, wadah kertas, saputangan, pot bunga dan hiasan gelas. Proses pembuatan
kedua lembaran kertas Koran bekas langsung diremas-remas dan dihancurkan hingga
mirip bubur kertas setelah dicampur zat perekat, bubur lampu tersebut kemudian
dirangkai menjadi kap lampu dan berbagai hiasan ruangan. Setelah melalui
beberapa kali uji coba, kualitas kerajinan Clemens menjadi semakin baik hingga
mendapat bantuan dana sebesar Rp. 500.000 lewat program Penanggulangan
Kemiskinan Perkotaan oleh Lurah Naikoten II ketika itu tahun 2009.
Clemens telah mencatat
sejumlah peristiwa serta dukungan yang
membangkitkan kepercayaan dirinya. Salah satunya tamu dari Pulau Jawa yang
datang kerumahnya sekaligus tempat usahanya. Saat itu diruang depan sedang
dipajang hasil kerajinan berupa dua stoples lengkap dengan dulangnya. Clemens dan istrinya dengan
enteng menjual barang hasil kerajinannya sebesar Rp. 600.000,00 dia kaget
bercampur terharu karena tanpa ditawar langsung membayar produk tersebut. Padahal
stoples tersebut lengkap dengan dulangnya itu dijual seharga Rp. 300.000 sekalipun
sudah sangat untung buat dia.
Lewat kerajinan tersebut
Clemens beberapa kali dilibatkan dalam pameran hasil kerajinan yang
diselenggarakan oleh Pemerintah Kota Kupang. Pernah juga pada saat dipamerkan
saat seorang wali kota Belanda yang berkunjung dan membeli hasil kerajinan
tersebut dengan harga 1 juta. Namanya sebagai penggerajin Koran bekas pun
semakin terkenal dan banyak pesanan yang mulai berdatangan. Selain itu dia juga
sering diundang sebagai tutor untuk pelatihan kerajinan serupa yang digelar
berbagai lembaga, semisal Forum Pemberdayaan Perempuan dan Anak NTT, Badan
Pemberdayaan Masyarakat Kota Kupang, dan sejumlah sekolah menengah kejuruan di
Kupang dan sekitarnya.
Sumber :
Sarong,
F. 2014. Menafkahi Keluarga dengan Koran Bekas. Kompas. 9 jun. hal 16
16
0 komentar:
Posting Komentar