YUDHA
ANDRI RIYANTO
FAKULTAS
PSIKOLOGI UNIVERSITAS PROKLAMASI 45 YOGYAKARTA
Teman : anak yang bagaimana, yang siap
masuk ke SD ?
Aku :
mau masuk SD seperti apa?
Teman : anak Aku, pengen tak sekolahin di
SD (xx) kok
Aku : wah keren ya smile emotikon
teman
: ya, Aku kuat bayarnya kok,
lagi pula disana kan dah ternama banyak muridnya, anak teman Aku juga sekolah
disana
Aku :
anak kamu berapa usianya ?
Teman
: besok lulus TK B 6,9 ditambah
dari aturan pemerintah kan jadi 7, 1 tahun.
Aku : bagus sih, maksud Aku umurnya
dah standar hehe. tapi anak kamu mau tidak sekolah disana ?
Teman : gak tahu juga, tapi yang namannya
anak ya harus nurut sama orang tua, kan orang tua gak mungkin menjerumuskan
anak nya
Aku :
oh iya ?
Teman
: ya iya lah mas, emang gimana
menurut kamu?
Aku : menurut Aku kalau anaknya gak
mau, terus yang terjadi kamu paksa kira - kira apa yang terjadi?
Teman
: gak tahu ....
Aku : gini aja kamu, mau ngak pindah
kantor, kamu di kantor ku Aku di kantor mu, fasilitas jauh lebih oke dari pada
dikantor mu.
Teman : ya ngak mau lah, gak masalah
fasilitas yang oke dsb, tapi kan aku gak dibidang kayak kamu.
Aku : smile emotikon
Teman
: kok malah senyum, terus
pendapat mu gimana ?
Aku :
tanyakan dulu sama anak mu / diskusikan saja, mau sekolah dimana. alangkah
baiknya kamu ajak observasi sekolah yang mau kamu pilih, tanyakan dan
diskusikan sebab akibat, dan kelebihan beserta kekurangan sekolah (dengan
jujur). kalau tidak mau kasih pilihan yang lain. anak - anak bukannya dia kecil
terus gak tahu apa - apa. yang dicari dari mereka adalah rasa nyaman dan aman
dalam satu lingkungan. dari hal tersebut anak akan terbangun rasa sosial emosi
dan eksplorasi yang baik. anak anak akan merasa tertekan ketika apa yang di
rasakan tidak pernah terungkap, dan pendapatnya tidak selalu dihargai..
penghargaan untuk anak cukup mudah tapi terkadang tidak dilakukan sama banyak
orang tua, penghargaan akan pendapat, atau hasil karya dan masih banyak lainnya
banyak terabaikan sehingga membunuh kreatifitas, percaya diri dan harga diri
pada si anak. contohnya saja kamu gak mau kan bertukar pekerjaan yang kamu gak
suka dengan ku? apa lagi anak - anak sudah jelas tidak suka atau spontan diberi
lingkungan, perintah dsb tanpa pijakan, rasanya lebih
stres daripada stres orang dewasa dan yang terjadi anak akan
menjadi lemah akan sosial emosi, bahasa, motorik, kognisi dan keratifitas dalam
bermasyarakat.
Teman : iya po mas ? frown emotikon
Aku :
gak usah khawatir,
Teman : berati yang perlu diubah perilakunya
Aku ? dalam mendidik anak ?
Aku : menurut kamu gimana ? anak
kamu atau kamu ?
Teman : smile emotikon
Aku : ya udah, besok lanjut lagi ya,
tu anak kamu sama suami kamu sudah datang smile emotikon
Teman : makasih ya mas smile emotikon
Aku : sama - sama
Anak bukan, manusia yang tidak tahu apa - apa
sehingga orang tua dengan leluasa mengatur dan membentuk anak sebagaimana
keinginan kita. anak mempunyai hak
hidup, hak tumbuh dan berkembang, hak untuk rasa kasih Akung, hak berpendapat yang
harus di jaga oleh orang tua dan lingkungan sekitar. masa anak - anak adalah
masa emas dan masa menyerap stimulus dengan bagus dibandingkan usia 15 - 18
tahun keatas. beri modal yang keren buat anak dengan permainan, tayangan dan
modeling yang sesuai dengan tahapan usia setidaknya itu cukup dan lebih baik
dari pada tidak.
Riyanto.,
Y.A. 2015. Curhatan teman yang galau, anak mau masuk SD dengan keinginan orang
tua.
Mas Yudha, anakku itu benci sama aku je. Kalau aku peringatkan, dia malah gantian mengancamku. Wah aku pusing banget je, khawatir kalaua da apa-apa dengan dia. Aku harus bagaimana ya? Tolong dijawab ya. Trims.
BalasHapusoke bu Doni, anaknya usia berapa ya ? kalau masih usia anak (0 - 8 ) biasanya bukan selebihnya / sepenuhnya dari anak lhoo, anak cukup cepat menyerap stimulus. jadi sikap yang muncul bentuk dari stimulus yang di ambil. :)
BalasHapuscoba contohkan / modeling untuk sikecil perilaku yang baik jika diperingatkan atau menyelsaikan masalah. bisa juga Bu Doni berdiskusi dengan sikecil tentang perilaku yang kurang baik, lebih diskusikan sebab akibat yang kongret. misal : sikecil mengatakan "gak mau bosen !!!" saat kita suruh untuk belajar, tindakan selanjutnya Bu Doni coba tenang dan berdamai dengan diri sendiri, setelah tenang coba Bu Doni dekati sikecil dan katakan "ibu sedih kalau (sebut nama anak) bicara kasar seperti itu," dan jelaskan lebih banyak tentang perasaan ibu Doni saat anak seperti itu. mungkin nanti akan lebih kelihatan kenapa anak seperti itu dan dapat darimana perilaku seperti itu. kalau perlu coba bu Doni observasi seperti sifat siapa saat berperilaku seperti itu, nah yang di ubah tentunya yang menjadi model anak Bu Doni. saya yakin anak Bu Doni hanya korban bukan pelaku (berperilaku agresif / menentang bu Doni). begitu Bu Doni ? :)