Sri
Mulyaningsih
Fakultas
Psikologi Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta
Anak
Indigo terkadang menjadi perbincangan di lingkungannya. Perlakuan yang berbeda
sering mereka dapatkan. Bahkan terkadang terkesan seperti dimanfaatkan.
Sejatinya anak indigo sama dengan anak – anak pada umumnya. Maka dari itu kita
harus memperlakukan mereka dengan sewajarnya sesuai anak pada seusianya.
Istilah
Indigo diperkenalkan oleh Cenayang Nancy Ann Tappe pada tahun 1970-an.
Kata
Indigo diambil dari nama warna yaitu Indigo yang berarti biru ke ungu-unguan.
Sedangkan di Indonesia, diperkenalkan oleh seorang pengamat anak Indigo (nama
pengamat tidak dicantumkan) yang hasil pengamatannya sesuai dengan teori Nancy.
Seorang
anak dapat dikatakan menjadi anak yang Indigo, ketika dia memiliki bakat yang
di atas rata – rata pada anak seusianya. Anak indigo cenderung memiliki IQ
tinggi, bahkan lebih tinggi dari anak
jenius. Yang dapat tergambar jelas sebagai salah satu ciri anak Indigo adalah
mereka cenderung untuk menantang kepada aturan. Tidak mudah focus terhadap
orang yang baru dikenal, dan suka menciptakan peraturan sendiri.
Ada
4 jenis anak Indigo berdasarkan bakatnya, 1. Humanis, yaitu anak yang mempunyai
jiwa social yang tinggi. 2. Konseptual, yaitu kemampuan untuk menciptakan
kreatifitas yang tidak terduga. 3. Seniman, memiliki rasa seni yang tinggi dan
berbeda dari yang lain. 4. Interdimensional, mampu merasakan yang tidak dapat
dirasakan orang pada umumnya. Contohnya, masa depan, merasakan adanya makhluk
tak kasad mata, atau meramalkan kematian seseorang. Seorang anak bisa memiliki
anugerah Indigo juga dapat disebabkan garis keturunan. Yang mungkin didalam
keluarganya juga ada yang memiliki sifat sama dengannya. Keadaan indigo ini
tidak dapat dihilangkan namun dapat dikontrol sesui dengan emosi dan usia
kematangan anak itu sendiri.
Namun
sejatinya, anak Indigo adalah anak biasa yang diberi kelebihan oleh Tuhan Yang
Maha Esa. Mereka juga butuh kasih sayang dan cinta. Mereka butuh diperhatikan
bukan dimanfaatkan untuk kepentingan – kepentingan pribadi orang lain. Sebagai
seseorang yang berada di sekitar mereka, kita harus menerima keadaan meraka apa
adanya dengan sekala kelebihan dan kekurangan mereka, seperti kita memeperlakukan
diri kita sendiri.
Sumber : Ima Santika
Jayatir, Mpsi (Psikolog), Anak Indigo, Mereka Tidak Berbeda, Kedaulatan Rakyat,
07 Mei 2015, Hal:24
0 komentar:
Posting Komentar