Fx. Wahyu
Widiantoro
Fakultas
Psikologi Universitas Proklamasi 45
Yogyakarta
Setiap individu
memiliki potensi dan berkecenderungan selalu ingin maju serta berkembang. Di
sisi lain, kondisi lingkungan sangat berpengaruh terhadap kestabilan psikologis
manusia. Seperti halnya yang terjadi di masyarakat kita saat ini, dengan
beragam stresor yang ada dari kegalauan dalam mencermati kondisi sosial,
politik, ekonomi hingga maraknya peredaran narkoba yang berdampak pada
dekadensi moral ditambah dengan beragam informasi tentang himbauan untuk selalu
waspada terhadap kemungkinan terjadinya bencana alam. Kesemua kondisi
lingkungan yang meningkatkan stresor bagi individu tersebut mengakibatkan
kondisi psikologis yang tidak sehat dan pada saat inilah ilmu psikologi sangat
dibutuhkan, baik sebagai upaya penyembuhan, pembinaan secara individu maupun
kelompok dan sekaligus karena kondisi tersebutlah maka masyarakat lebih
mengenal psikologi sebagai disiplin ilmu yang berorientasi pada sisi negatif
individu yang berkencenderungan mengalami gangguan jiwa, penyakit mental
seperti halnya trauma, stres, depresi, dan sebagainya.
Psikologi pada
dasarnya lebih mempelajari perilaku yang dapat diamati serta yang ditimbulkan
dari aspek-aspek kejiwaan manusia dalam berinteraksi dengan lingkungannya.
Aspek-aspek kejiwaan manusia sangatlah kompleks, begitu halnya bidang psikologi
mempelajari hal-hal yang berhubungan dengan aspek-aspek jiwa, misal tentang
penyebab individu mengalami gangguan jiwa sekaligus mempelajari upaya untuk
mencegah individu mengalami gangguan jiwa. Usaha pencegahan atau yang lebih
dikenal sebagai upaya preventif dalam bidang kesehatan mental inilah maka
psikologi lebih fokus pada penggalian emosi positif, seperti bahagia, cinta,
sikap optimis dan sebagainya. Psikologi yang lebih berorientasi pada sisi
positif individu lebih dikenal dengan sebutan Psikologi Positif.
Psikologi
Positif secara resmi ditetapkan sebagai aliran atau
telaah keilmuan dari psikologi oleh Martin E.P. Seligman pada tahun
1998. Beliau yang pada saat itu menjabat sebagai Presiden APA (American
Psychological Assosiation) menjelaskan bahwa Psikologi bukan hanya studi
tentang kelemahan dan kerusakan; psikologi juga adalah studi tentang kekuatan
dan kebajikan. Pengobatan bukan hanya memperbaiki yang rusak; pengobatan juga
berarti mengembangkan apa yang terbaik yang ada dalam diri kita. Misi Seligman
ialah mengubah paradigma psikologi, dari psikologi patogenis yang hanya
berkutat pada kekurangan manusia ke psikologi positif, yang berfokus pada
kelebihan manusia.
Salah satu teori
dari Seligman yang menarik untuk lebih dipahami yaitu bahwa rasa tidak berdaya
adalah hasil belajar atau learned
helplessness . Sebagai contoh dari teori tersebut yaitu ketika individu
mengalami kegagalan berulang kali dalam mendapatkan pekerjan, maka individu tersebut
cenderung akan mempercayai bahwa dirinya ditakdirkan menjadi individu yang
gagal. Hal yang dapat disimpulkan dari teori tersebut yaitu rasa tidak berdaya
adala hasil belajar, itu memang benar adanya.
Belajar disengaja dan atau tidak disengaja. ”Belajar” yang disengaja,
artinya memang individu memiliki niat untuk tidak mau bersusah payah dan
cenderung menyuruh/tergantung dengan orang lain. Ia memiliki idealism namun
tidak diimbangi dengan upaya usaha yang realistis. Sehingga orang yang demikian
secara umum tidak menampakan kalau ia tidak berdaya karna mekanisme dirinya
sebagai tamengnya. Individu yang demikianlah yang sebenarnya mentidakberdayakan
dirinya. Sedangkan ”Belajar” yang tidak disengaja misalnya adanya pola asuh
ketika individu dibiasakan dilayani. Sehingga seiring dengan tumbuh kembangnya,
individu tidak mandiri dan merasa dirinya tidak mampu. Hal tersebut hanya merupakan
kecemasan semu karena tidak adanya pengalaman untuk berlatih atas sesuatu hal.
Artinya tidak ada keberanian untuk belajar treal
and error.
Peranan
psikologi positif sangat mendukung bagi kehidupan sehari-hari setiap individu
yang berharap memiliki kualitas hidup yang sehat dan matang. Psikologi positif
diperlukan dalam memotivasi diri dan menghadapi berbagai stressor kehidupan
tentunya tidak harus menunggu ketika individu telah mengalami musibah ataupun
stress.
*Materi pada Siaran Interaktif Psikologi di RRI Kotabaru DIY, pada
hari Rabu, 27 Mei 2015, pukul 20.15 – 21.00.
0 komentar:
Posting Komentar